Newest Post
- Home »
- Kata Kata Bijak »
- Kata - Kata Penuh Makna Kahlil Gibran
Dulu hiduplah seorang manusia yang disalibkan karena terlalu kasih dan
dikasihi. Dan, aneh untuk diceritakan, aku bertemu Dia tiga kali
kemarin. Yang pertama Dia sedang meminta polisi jangan membawa seorang
pelacur ke penjara; kedua kali Dia sedang meminum anggur dengan seorang
yang terbuang; dan ketiga kali Dia sedang bertinju dengan seorang
promotor di sebuah gereja.
“Wahai, keberanian, inilah pedangmu,
kini telah terkubur di dalam tanah. Wahai Cinta, inilah bunga-bungamu
hangus terbakar api! Wahai Yesus inilah Salib-Mu, runtuh di tengah
kegelapan malam!”
Rasa pedih dan derita kesepian justru makin
kuat di tengah orang banyak. Ini kebenarang hakiki. Sering sekali
seseorang bercakap-cakap, bertukar ide, berbagi pendapat dan tindakan
bersama teman-teman dan mereka mengira ia sehat, padahal semua ini dia
lakukan tidak dengan tulus dan sepenuh hati, justru gagal melebihi batas
“diri” yang ia peroleh dalam jagat penampilan. Sementara itu, “Diri”
yang lain, yang tersembunyi, diam saja dan dalam jagad asalnya.
Kemarin,
bagiku engkau seperti seorang saudara, yang dengannya aku tinggal, dan
di sini aku duduk di dektanya dengan sopan di bawah pengawasan ayah. Kau
dan aku dapat merasakan kehadiran sesuatu yan lebih manis dari sekadar
tali persaudaraan, yaitu percampuran antara cinta dan ketakutan yang
memenuhi hatiku dengan penderitaan dan kebahagiaan.
Kesunyian
memiliki tangan-tagan yang halus bagai sutera, namun dengan jemari yang
kuat ia mencengkram hati dan menyakiti dengan derita. Kesunyian adalah
sekutu derita sekaligus sahabat ketinggian jiwa.
Karena kehidupan
itu telanjang, tubuh yang telanjang merupakan simbol kehidupan yang
paling benar dan mulia. Jika saya menggambar gunung sebagai sekumpulan
yang jatuh, hal itu adalah karena saya melihat di gunung ada kumpulan
sesuatu yang hidup, dan di dalam air terjun ada kehidupan yang
mengendap.
Sekarang masjid dan gereja-gereja – juga batu Ka’bah,
Qur’an dan Injil – bahkan tentang seorang martir, semua ini bias
diterima hatiku karena agamaku adalah cinta dan hanya cinta.
Inilah
sejarah manusia: lahir, kawin, dan mati. Dulu begitu. Lalu muncul orang
gila dengan gagasan aneh dan menceritakan impian dari dunia lain yang
berpenduduk lebih berbudaya. Sederhana saja: sejarah manusia bukan hanya
lahir, kawin, dan mati saja.
Pandangan pertama kekasih adalah
seperti sang jiwa yang digerakkan di atas permukaan air, yang dialirkan
ke langit dan ke bumi. Pandangan pertama teman hidup menggemakan
kata-kata Tuhan, “Biarkan saja adanya…”
Aku mencintai hujan salju
persis seperti aku mencintai badai. Aku akan keluar, sekarang juga akan
berjalan memasuki badai putih itu. Tapi aku tidak akan berjalan
sendirian.
“Tuhanku, arah tujuanku dan kepuasanku; aku adalah
hari kemarinmu dan Dikau adalah hari esokku. Aku adalah akarmu di bumi
dan Dikau adalah bungaku di langit, dan bersama-sama kita tumbuh di
depan wajah matahari.”
Di padang yang cantik penuh dewa dewi
tiadalah agama, dan tiada pula kekafiran. Tiada pula warna kepercayaan,
karena tatkala burung hantu bernyanyi semua keelokan dan kebahagiaan dan
agama, dan roh disejukkan dan balasannya adalah kedamaian. Berikan
seruling itu kepadaku dan biarkan aku bernyanyi. Ibadah adalah musikku,
cinta adalah taliku.
Air mata laki-laki tua itu lebih kuat
daripada air mata seorang pemuda, karena air mata itu merupakan endapan
sisa-sisa kehidupan dalam tubuhnya yang renta. Air mata seorang pemuda
laksana setetes embun pada daun bunga mawar, sementara air mata orang
tua laksana sehelai daun kuning yang jatuh bersama angin menjelang musim
dingin.
Ibu adalah segala-galanya. Dialah penghibur kita dalam
kesedihan, tumpuan harapan kita dalam penderitaan, dan daya kekuatan
kita dalam kelemahan. Dialah sumber cinta kasih, belas kasihan,
kecendrungan hati, dan ampunan. Barangsiapa kehilangan ibunya, hilanglah
sebuah jiwa murni yang memberkati dan menjagainya siang dan malam.
Kata
paling indah di bibir umat manusia adalah kata “ibu”, dan panggilan
indah adalah “ibuku”, ini adalah kata penuh harapan dan cinta, kata
manis dan baik yang keluar dari kedalaman hati.
Tak banyak orang
dewasa yang bisa melihat alam. Pencinta alam adalah dia yang perasaannya
luar-dalam sungguh sesuai satu sama lain; yang telah pelihara spirit
masa kecil bahkan sampai memasuki era manusia dewasa.
Ketika
tangan kehidupan terasa gelap dan malam tak bernyanyi, itu waktu untuk
cinta dan kepercayaan. Saat itu tangan kehidupan akan bersinar dan
bernyanyi, tatkala seseorang mencintai dan mempercayai seutuhnya.
Aku
mengagumi orang yang membuka pikiran kepadaku; aku hormati dia yang
mengungkap impian-impiannya. Tetapi kenapa aku tersipu, bahkan sedikit
malu, di muka dia yang melayaniku?
Ketika jiwa seesorang akan
menetap dalam wilayah pikiran-pikiran yang bergerak, dia akan kehilangan
kekuatan kata-kata. Tetapi aku masih akan mengatakan kepadamu sepanjang
waktu kekasihku. Dan aku akan selalu tahu yang kau ketahui sehingga
kita akan berjalan dan bercakap-cakap bersama.
Kucintai dirimu
karena kebenaran, yang kau timba dari khasanah ilmu, sedangkan
kebenarannya masih tertutup bagiku, karena aku dungu. Namun kuhormati
kebenaran itu sebagai unsur Illahi, langkah yang bersifat rohani.
Kebenaranmu akan bertemu dengan kebenaranku, dalam alam tanpa tepi yang
menjelang, lalu berpadu meramu diri bagaikan semerbak harum bunga, dan
menjadi kebenaran tunggal dan abadi, dalam kehidupan abadi cinta kasih
dan keindahan.
Dia mencari penyatuan bersamaku di istana
kejayaan, yang dia bangun di atas tengkorak kelemahan, atau dalam emas
dan perak. Tetapi aku akan muncul padanya di rumah sederhana yang
dibangun Tuhan, di atas gundukan arus-arus perasaan. Kekasihku
mencintaiku dan mencariku dalam ciptaan-ciptaan Tuhan.
Aku
berkata kepada Kehidupan ”Aku ingin mendengar Kematian berbicara.” Dan
Kehidupan mengeraskan suaranya sedikit dan berkata, ”Kini kamu dendengar
dia.”
Wahai sahabat-sahabat masa mudaku degan nama Perawan Suci
aku meminta kepada kalian untuk meletakkan setangkai kembang di pusara
cintaku, karena dengan itu kalian akan menjadi fajar, dari malam-malamku
yang gelap dan dingin, membawa sinar yang hangat dan menyuguhkan embun
penyegar bagi mawarku yang kering.
Mereka mengira Kebajikan
adalah sesuatu yang mengganggu dan meringankan hati tetanggaku, dan dosa
adalah sesuatu yang meringankan hatiku dan mengganggu tetanggaku.
Biarlah mereka tahu bahwa aku dapat menjadi orang suci atau pendurhaka
yang jauh terpencil di pertapaanku.
Betapa bodohnya orang yang
melihat eksistensi abstrak dengan sebagian inderanya, namun tetap ragu
dan menunggu hingga ia menampakkan diri pada semua indera! Bukankah iman
adalah indera hati sebagaiman pandangan pada mata?
Mereka
berkata padaku, “Kamu dan dunia hanyalah sejumput pasir di pantai maha
luas dari laut tanpa tepi.” Dan dalam mimpiku “Akulah laut tanpa tepi
itu, dan semua dunia hanyalah butir-butir pasir di pantaiku.”
Dalam
perjalanan ke Kota Suci aku bertemu seorang peziarah dan bertanya,
“Benar inikah jalan menuju ke Kota Suci?” Dan dia berkata “Ikuti aku,
dan kau akan sampai dalam sehari dan semalam.” Dan kuikuti dia. Dan kami
berjalan berhari-hari dan bermalam-malam, tidak juga kami sampai ke
Kota Suci. Dan takjublah aku, ia menjadi marah karena telah
menyesatkanku.
Aku juga dikunjungi oleh malaikat dan iblis tapi
aku usir mereka. Bila dia malaikat aku ucapkan doa lama, dan dia menjadi
bosan; Bila dia iblis aku kerjakan dosa lama, dan dia meninggalkanku.
Bagaimanapun ini bukan perjara yang jelek; tetapi aku tidak menyukai
dinding yang ada ini antara selku dengan sel tahanan sebelah; yakinlah
bahwa aku tidak akan mencela sipir atau pembangun penjara ini.
Rumahku
berkata padaku, “Jangan tinggalkan diriku, karena di sini tinggal masa
lalumu.” Dan jangan berkata padaku, “Mari ikuti aku karena akulah masa
depanmu.” Dan aku berkata pada rumah dan jalan, “Aku tak memiliki masa
lalu, atau masa depan. Bila aku tinggal di sini, aku pergi sementara aku
tinggal, dan bila aku pergi aku tinggal sementara aku pergi. Hanya
kasih dan mati mengubah segalanya.”
Sia-sia penyair mencari ibu
lagu-lagu jiwanya. Pernah, pada seorang penyair aku berkata “Takkan kita
tahu nilaimu sebelum aku mati.” Dan bila dia mwnjawabnya, “Benar,
kematian mengungkapkan segalanya. Andaikan engkau ingin tahu nilai itu,
dalam kalbuku tersimpan lebih dari yang mampu kututurkan. Dan dalam
hasratku terkandung lebih banyak makna ketimbang yang tergenggam.”
Bukankah
aku telah bertahan hidup terhadap lapar dan dahaga, penderitaan dan
penghinaan, demi membela kebenaran yang telah dibangun Tuhan dalam
hatiku?
tes
BalasHapus